Sejarah dan Kota
Terbentuknya
sebuah kota yang berada di suatu negara biasanya bervariasi, tetapi memiliki
inti yang sama. Terbentuknya kota juga bisa dikatakan dengan diawali sebuah
tempat pertemuan antara penduduk sebuah desa dengan penduduk di sekitar desa
itu baik untuk transaksi keperluan hidup, tempat pengumpulan barang, atau tukar
menukar barang. Lama-kelamaan ada yang bermukim di sekitar tempat itu dan
kemudian pemukiman itu menjadi semakin besar. Berdatangan pula penduduk dari
daerah sekitar ke tempat itu yang kemudian membentuk sebuah kota atau bahkan
menjadi kota besar. Perubahan ini kemudian membentuk beberapa aspek untuk
kehidupan kota yang lain dengan suatu perencanaan pada lahan kosong dimana
lahan kosong ini dibangun dengan tujuan tertentu seperti untuk membangun kota
industri, kota sebagai pusat pemerintahan, atau kota dagang. Kota merupakan
hasil peradaban manusia dimana peradaban ini mengalami sejarah pertumbuhan,
perkembangan kemudian menjadi kota besar kemudian kota ini yang menunjukkan
pula dinamika masyarakat/manusia. Sebagai gambaran, di Indonesia dahulu pernah
terdapat kerajaan seperti Kerajaan Majapahit serta Kerajaan Sriwijaya, kerajaan
ini dahulunya memiliki pusat pemerintahan yang sekaligus sebagai kota/kota
besar. Setelah masa kejayaan itu berangsur surut, memudar atau bahkan ada yang
secara tiba-tiba hancur atau runtuh oleh peristiwa sejarah seperti perang atau
bencana alam sehingga menyebabkan suatu kota yang terbentuk dari masa kerajaan
itu menjadi hilang.
Kota
dapat terbentuk sejak terjadinya kerumunan tempat tinggal manusia yang relatif
padat pada suatu kawasan tertentu dibanding dengan kawasan disekitarnya. Kawasan
yang disebut kota penduduknya bukan bermata pencaharian yang berkaitan langsung
dengan alam, melainkan di bidang pemerintahan, industri, dan jasa sehingga
lebih menunjukkan bahwa kota terbentuk melalui suatu proses. Tipe kota terbagi
atas kota kuno, kota pra-industri, kota industri, kota modern, kota
post-modern, kota global, dan kosmopolitan. Kota Kuno merupakan pengertian kota
yang paling sederhana. Di kota kuno ini didapati pada gua-gua, di lembah-lembah
atau tempat berlindung, beberapa jalur tepi sungai yang letaknya strategis
dimana menjadi cikal bakal terbentuknya kota. Ciri utama kota ini adalah mata
pencaharian penduduknya non-agraris dan penduduknya memiliki pekerjaan dan
kebutuhan yang relatif heterogen. Di kawasan kota kuno ini juga dapat ditemui
prasarana dan sarana umum serta beberapa pusat pemerintahan yang hidup dengan
nilai-nilai tertentu. Pada kota kuno ini, kotanya mulai terbentuk pada tahap
pastoral/tahap menetap. Tahap-tahap perkembangan manusia sendiri dimulai dari
hunting and fishing, pastoral, agricultural, handicraft, dan industrial[1].
Kota Praindustri merupakan kota yang
lebih berkembang dari kota kuno dimana kota ini telah memiliki ciri seperti
tahap agricultural yang menonjol sehingga penduduk mulai mengenal teknik
bertanam yang baik. Perpindahan penduduk juga mulai terlihat, kebutuhan dikota
semakin beragam dengan berdatangannya kelompok masyarakat ke kota maka
pemukiman dikota semakin menonjol serta pembangunan fisik dan prasarana kota
pada kota ini menjadi lebih teratur dan meluas. Pola perkotaan di kota
pra-industri memiliki gejala yang biasa ditemui 4 pusat kegiatan seperti pusat
pemerintahan, ruang publik (tempat masyarakat berinteraksi), tempat beribadah,
pasar tradisional (tempat distribusi barang dari desa ke kota atau sebaliknya),
dan tempat pemenuhan barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat desa
dan kota. Keempat pusat kegiatan ini letaknya relatif berdekatan dan itu
merupakan kegiatan pokok dari suatu kota praindustri. Pada masa ini status
seseorang didasarkan pada keturunan/ascribed status, seseorang yang dilahirkan
dari kelompok bangsawan, serta merta ia memiliki status sebagai bangsawan.
Dikarenakan status dan strata sangat kuat dipertahankan oleh masing-masing
kelompok strata maka pola pemukiman masyarakat kota pra-industri ini cenderung
berkelompok-kelompok (pengelompokan berdasarkan status, etnis/suku bangsa, dan
ragam pekerjaan).
Kota Industri merupakan kota yang lebih
berkembang dari kota pra-industri. Kelahiran dunia industri di kota ini
memerlukan banyak tenaga kerja baik tenaga terampil tingkat atas, menengah,
maupun kasar. Teknologi mulai berkembang dan pusat-pusat industri yang
bertebaran di kota, sehingga lebih menunjukkan adanya surplus kapital pada
masyakarat dan mereka memiliki kemampuan dalam pengumpulan modal untuk
mendirikan suatu industri. Kota industri lahir karena masyarakat kota memiliki
surplus tertentu dimana surplus ini tidak hanya surplus kapital tetapi juga
teknologi, sumber daya manusia, dan manusia. Pola pemukiman di kota industri
ini tidak memiliki keteraturan sehingga menyebabkan penataan kota berjalan
lambat. Pada kota ini kegiatan industri sangat menonjol, sistem kemasyarakatan
agraris berubah menjadi industris. Sistem ekonomi natural berganti menjadi
kapital dan pada masa perubahan yang drastis ini menyebabkan kota mengalami
kekacauan fisik dan manajemen.
Kota modern terbentuk setelah adanya
masa industrialisasi pada abad 17. Adanya pengaruh ini menyebabkan munculnya
semangat revolusi industri dan menumbangkan kekuasaan raja yang absolut.
Kemenangan rakyat/penduduk atas raja ini menandai perhatian teknologi dan ilmu
pengetahuan untuk kepentingan rakyat banyak. Sistem pemerintahan pada masa ini
berubah dari sistem kekuasaan absolut ke bentuk baru yang lebih berpihak pada
rakyat seperti sistem demokrasi, sistem pemerintahan republik, atau federal.
Pada kota ini, sisi negatif pada masa kota industri diatasi dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan etika. Kota Post-Modern modernisasinya lebih
berkembang lebih lanjut dimana teknologi dan ilmu pengetahuan diartikan
kembali. Masyarakat lebih menghargai nilai pluraritas, munculnya ide-ide baru,
teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang lebih canggih, beragam, dan digunakan
untuk kegiatan seolah diluar pikiran masyarakat awam sebelumnya. Kota
post-modern memiliki tingkat globalisasi yang tinggi, interaksi dan kerja sama
yang saling menguntungkan dapat terjadi dengan kota yang lain dan kota
post-modern ini diisi dengan era informasi, jasa, dan pelayanan. Kebutuhan
hidup dipenuhi secara teknologis dan komputerisasi yang canggih.
Kota Global bisa dikatakan merupakan
suatu kota dimana masyarakatnya memiliki kebiasaan untuk melakukan relasi
dengan kota lain antarnegara. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat di dunia berakibat semakin pesatnya perkembangan teknologi dan
penemuan-penemuan dalam berbagai bidang dan skala yang diperkenalkan pada
dunia. Kota global memiliki kekuatan politik, menduduki posisi nasional dan
internasional, perdagangan dunia, dan organisasi perusahaan tingkat dunia.
Aktivitas tertentu mewarnai kota di bidang sosial dan ekonomi yang menunjukkan
status sebagai pusat-pusat aktivitas yang profesional dan potensi kota yang
satu sering berdampak pada kota yang lain diantara dua negara atau lebih. Ciri
kota global yaitu sebagian masyarakatnya dalam pemenuhan kebutuhan tidak selalu
berorientasi pada kotanya sendiri. Masyarakat ini juga harus siap menerima
kedatangan orang asing dengan segala potensi yang dimiliki kota itu, jadi
interaksi yang bersifat timbal balik dibutuhkan untuk mencapai status sebagai
kota global.
Kota Kosmopolitan merupakan kota yang
masyakaratnya memiliki pandangan alam secara utuh menyeluruh. Kota kosmopolitan
terbentuk dengan prasyarat tertentu, yaitu penduduknya mampu menghargai dan
menghormati keanekaragaman alam beserta isinya. Masyarakat kosmopolitan akan
menjaga secara seimbang antara keperntingan dirinya dengan kepentingan
msyarakat. Ada kecenderungan masyarakat kosmopolitan merupakan kelompok
bangsawan baru, dimana kelompok ini memiliki tujuan hidup yang mapan serta
menjaga citra. Gejala kosmopolitan tampak pada dominasi individu-individu
penduduk kota yang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi dan pemilikan
industri berskala besar. Teknologi di era ini berkembang lebih jauh dan kota ini
adalah kota dengan kebutuhan desain yang bersifat neo-universal (modernisme
yang disentuh dengan seni modern). Budaya dan seni lokal yang bersifat
agraris-religius di masa ini akan ditinggalkan apabila tidak disertai inovasi
atau dijaga keasliannya. Kosmopolitan sendiri merupakan akomodasi peradaban
dari post-modernisme yang tumbuh secara linier, liar, dan tak terkendali. Kota
ini merupakan kota masa depan yang masih merupakan impian, dimana kota berusaha
ditata secara sempurna. Namun, pada awalnya kota ini masih dihantui dengan
masalah kesenjangan sosial ekonomi antar negara satu dengan yang lain, antara
kota satu dengan yang lain.
Kota
juga mampu dikatakan sebagai suatu tempat pertemuan yang berorientasi keluar.
Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, awalnya sebagai suatu tempat
orang pulang-balik untuk berjumpa secara teratur sehingga memiliki kemudian
menimbulkan daya tarik para penghuni yang ada diluar kota untuk mengadakan
kontrak, memberi dorongan untuk kegiatan rohaniah dan perdagangan, serta
kegiatan lain yang memiliki dinamika yang berbeda dengan keadaan di desa. Kota
juga sebagai pusat pemerintahan pada umumnya banyak dijumpai pada zaman sebelum
revolusi industri. Kebanyakan kota ini merupakan kota lama bekas kerajaan yang
mampu bertahan sebagai ibukota sampai pada zaman modern, kemudian pada zaman
modern, kota menjadi pusat industri, produksi, dan jasa. Pada dasarnya kota
terbentuk karena diikuti dengan kepadatan penduduknya. Penyebab kepadatan
penduduk terjadi karena ada aktivitas tertentu yang menyebabkan orang-orang
berdatangan. Kota dapat dipandang sebagai suatu gaya hidup, kota juga
memungkinkan penduduknya berkontak dengan orang asing, mengalami aneka
perubahan yang pesat, dan perubahan mobilitas sosial. Kota sendiri baru akan muncul
ketika terdapat suatu kelebihan yang berada di daerah pedalaman, tetapi
terbentuknya menjadi sebuah kota yang “baru” haruslah mengalami perkembangan
teknologi untuk menghasilkan sarana transportasi. Setelah kota baru itu
berdiri, barulah kota itu mampu memberikan jasanya kepada wilayah yang lain.
sudah menarik,, perlu konsistensi untuk tingkatkan menjadi lebih baik lagi..
BalasHapusKalo boleh tau, sumber penulis dari buku, jurnal atau semcamnya dan judulnya apa ya?
BalasHapus