1.
ALFRED MARSHALL (1842-1924)
Nama : Alfred
Marshall
Tempat
Tanggal Lahir : Bermondsey, London 26 July 1842
Alfred Marshall bapak ilmu ekonomi Neoklasik (1890) dan terkenal
sebagai tokoh ekonomi saat itu dan salah satu tokoh yang paling berpengaruh, beliau
lahir di Bermondsey, wilayah sub urban kelas pekerja London tahun 26 July 1842. Ayahnya adalah
juru tulis di Bank Inggris, ibunya adalah anak seorang penjual daging. Meskipun
keluarga ini tidak kaya, mereka sangat menghargai pendidikan dan
mengirimkan Marshallke sekolah yang baik. Dan ia menjalani
pendidikan di Sekolah
Merchant Taylor, Northwood dan St John's College, Cambridge, di mana ia menunjukkan sebuah
bakat dalam matematika, meskipun ayahnya menekankan pada sastra klasik dan
bahas, tetapi Marshall lebih tertarik kepada matematika dibanding
ilmu-ilmu kemanusiaan.
Dengan bantuan keuangan dari pamannya, Marshall masuk ke
Universitas Cambridge dimana ia belajar matematika, filsafat dan ekonomi
politik. Ketertarikannya pada filsafat sangat kuat.
Tetapi Marshallmemutuskan untuk mengkhususkan diri dalam bidang ekonomi.
Setelah menerima gelar dalam ilmu moral (saat itu tidak ada gelar ekonomi
di Camridge). Dia menjadi profesor di 1868 yang dalampolitik ekonomi.. Pada awal
karirnya, Alfred Marshall adalah ilmuwan dan pengajar di bidang
falsafah (khususnya mengenai segi logika dan etika) dan matematika. Dalam
perkembangan selanjutnya ia tertarik pada ilmu ekonomi dan kemudian seluruh
perhatiannya dipusatkan pada perkembangan teori ekonomi. Sementara itu, ia
selalu menempatkan pemikiran ekonomi dalam kaitannya dengan relevansi masalah
ekonomi yang dipantaunya dalam kehidupan masyarakat. Pengaruhnya tidak terbatas
pada kalangan sesama rekan ahli dari zamannya, melainkan berlangsung terus
sampai selama tiga dasawarsa yang pertama dalam abad XX Dia ingin meningkatkan
kekakuan matematika ekonomi dan mentransformasi menjadi lebih ilmiah,
sehingga Marshall mengajar selama sembilan tahun di St John’s College
di Cambridge.
Marshal menikahi Maria Palley pada tahun 1877, Maria Palley tersebut adalah
muridnya. Pada 1879 ia menulis tentang perdagangan
internasional dan masalah protektionisme., banyak sistem tersebut telah
bekerja bersama dalam judul The Pure Theory of Foreign Trade:
The Pure Theory of Domestic Values. Tetapi setelah
itu, dia dipaksa mengundurkan diri dari St John’s tersebut untuk
mematuhi peraturan bujangan di universitas karena ia
diketahui menikahi muridnya, Mary Palley Marshallyang kelak ikut membantu
menulis The Economics of Industry 1879.
Ia kemudian mengajar sebentar di Bristol dan di Balliol College,
Oxford. Marshall mencapai ukuran popularitas dari pekerjaan
ini, dan setelah kematian William Jevons pada
1881. Ketika Marshall kembali ke Universitas Cambridge tahun
1885 untuk menjadi professor ekonomi politik, ekonomi masih menjadi
bagian dari kurikulum ilmu-ilmu moral dan sejarah. Ekonomi hanya merupakan mata
kuliah yang harus diambil oleh sejarawan dan ahli filsafat untuk mendapat gelar
kesarjanaan mereka.Marshall mulai membuat ilmu ekonomi sebagi bidang studi
yang mandiri dan terpisah, yanh memiliki standar ilmiah yang sama tingginya
dengan ilmu-ilmu fisika dan biologi. Tapi Marshall ingin ilmu ekonomi
menjadi ilmu praktis, membantu pejabat pemerintah dan pemimpin bisnis dalam
pembuatan keputusan penting.
Pada tahun 1903 upaya ini berhasil, sebuah jurusan dan gelar dibidang
ekonomi dibuka di Universitas Cambridge. Institusi
akademik lainnya segera mengikuti jejak Cambridge, dan ilmu ekonomi menjadi
disiplin yang diakui di seluruh dunia. Manusia di dunia bisa menekuni ilmu
ekonomi dan belajar gagasan-gagasan yang diperkenalkan oleh Alfred
Marshall. Karena alasan inilah Marshall menjadi ahli ekonomi yang
paling terkemuka dewasa ini. Namun karirnya ini hanya sampai pada tahun 1908,
karena ia mengundurkan diri pada tahun tersebut yang diakibatkan
oleh permasalahan kondisi kesehatannya. Mahasiswanya di Cambridge menjadi tokoh
ekonomi, termasuk John
Maynard Keynes dan Arthur
Cecil Pigou.
Hampir disepanjang masa dewasanya Marshall hidup tetutup dan
setelah mengundurkan diri dari Cmabridge penyakitnya semakin kompleks,
iamenderita tekanan darah tinggi, penyakit batu empedu dan ketegangan saraf,
hingga akhirnya dia meninggal karena serangan jantung dalam keadaan lumpuh pada
tanggal 13 July 1924 in Cambridge, Inggris, dua
minggu sebelum ulang tahunnya yang ke 82.
2.
KARYA ILMIAH ALFRED MARSHALL
·
Elements of Economics of Industry, London,
Macmillan, 1879.
·
Principles of Economics (1890),
London, Macmillan, edisi kedelapan ,1920.
·
“National Taxation after the War,” dalam
W.H.Dawson (ed.), After-War Problems, London, Allen & Unwin, 1979, hml.
313-45
·
Industry and Trade, London,
Macmillan, 1919.
·
Money, Credit, and Commerce, London,
Macmillan, 1923.
·
The Pure Theory of Foreign Trade, London,
London School of Economics and Political Science, 1930.
·
The Early Writings of Alfred Marshall,
1867-1890, 2 vol., ed. John K, Whitaker, New York, Free Press, 1975.
·
"Mr Jevons's Theory of Political Economy",
1872, Academy .
·
"The Future of the Working Classes",
1874, Eagle
·
"On Mr. Mill's Theory of Value",
1876, Fortnightly Review
·
The Pure Theory of Foreign Trade ,
1879.
·
The Pure Theory of Domestic Values ,
1879.
·
"Where to House the London Poor",
1884, Contemporary Review
·
"On the Graphical Method in Statistics",
1885, Jubilee Volume of Royal Statistical Society
·
"Remedies for Fluctuations of General
Prices", 1887
·
"Preface", 1887, in L. Price, Industrial
Peace
·
Presidential Address before the Co-operative
Congress , 1889
·
"Some Aspects of Competition",
1891, Report of British Association for Advancement of Science .
·
Elements of the Economics of Industry ,
1892.
·
"The Poor Law in Relation to State-Aided
Pensions", 1892, EJ
·
"The Old Generation of Economists and the
New", 1897, QJE .
·
"Mechanical and Biological Analogies in
Economics", 1898, EJ .
·
"Distribution and Exchange",
1898, EJ .
·
A Plea for the Creation of a Curriculum in
Economics and Associated Branches of Political Science , 1902.
·
Economic Teaching at the Universities in Relation
to Public Wellbeing , 1902
·
The New Cambridge Curriculum in Economics ,
1903
·
Introduction to the Tripos in Economics and
Associated Branches of Political Science , 1906
·
"The Social Possibilities of Economic Chivalry",
1907, EJ .
·
"National Taxation After the War", 1917,
in Dawson, editor, After-War Problems .
·
Industry and Trade , 1919.
·
Money, Credit and Commerce , 1923.
a) Teori
perilaku konsumen (Theory of Consumers Behavior)
Dalam teori tentang perilaku konsumen
tersebut, Marshallsecara brillian mengembangkan suatu sintesis berupa
perpaduan antara pengertian tentang nilai subjektif pada faedah marginal dengan
unsur objektif yang melekat pada pengertian biaya marginal. Nilai dan harga
barang dipasar dipengaruhi baik oleh pihak peminta (konsumen sebagai pembeli)
maupun oleh produsen. Permintaan bersumber pada marginal utility yang
ditentukan oleh penilaian subjektif si konsumen. Hal itu tercermin pada harga
permintaan (demand price) dipasar yang ditentukan oleh para pembeli sebagai
konsumen. Demand price tersebut terletak pada suatu tingkat harga tertentu.
Pada tingkat harga tertentu itu, barangnya akan diminta dalam sejumlah tertentu
oleh pihak pembeli.
Kontribusi Marshall dalam teori perilaku
konsumen juga adalah teori kepuasan marginal (marginal utility), yaitu
bahwa konsumen akan meneruskan pembelian terhadap suatu produk untuk jangka
waktu yang lama karena telah mendapatkan kepuasan dari produk yang sama yang
telah dikonsumsinya. Teori ini dapat disimpulkan bahwa konsumen memiliki
loyalitas tinggi terhadap merek suatu produk yang mampu memberikan kepuasan,
nilai tersendiri bagi pemakainya dan adanya bukti nyata akan kualitas dan
kehandalan yang ditawarkannya.
Perilaku semacam ini bukan berarti menjadikan merek
tertentu sebagai market leader dan tidak perlu lagi untuk
melakukan komunikasi pemasaran secara terpadu. Berdasarkan teori kepuasan
marginal di atas, terdapat asumsi-asumsi yang biasanya dipakai yaitu bahwa:
1)
Konsumen memaksimumkan kepuasan berbatas pada
kemampuan finansialnya,
2)
Konsumen mempunyai pengetahuan tentang beberapa
alternatif sumber,
3)
Ia selalu bertindak dengan rasional.
Dari asumsi-asumsi tersebut dapat diambil kemungkinan
bahwa konsumen mungkin sangat loyalitas terhadap suatu merek tertentu, namun
pada suatu saat perilaku ini dapat berubah oleh karena asumsi-asumsi tersebut.
Dipihak lain, penawaran barang yang bersangkutan dipengaruhi oleh biaya riil
(real cost) dalam produksi. Biaya rill olehMarshall diartikan sebagai
“pengorbanan” dari pihak tenaga kerja, sama halnya dengan “pengorbanan” dari
pihak pemilik modal yang menyediakan jasa dana modalnya.
Pengorbanan pihak tenaga kerja itu disebut sebagai
disutility of labour, sedangkan pengorbanan pihak pemilik modal disebut sebagai
waiting (pemiliknya harus menunggu selama beberapa waktu sebelum jasa modal
membuahkan imbalan jasanya berupa bunga bagi pemilik yang bersangkutan).
Selain itu, Alfred Marshall juga mengemukakan
tentang paradoks nilai suatu barang yang diterapkan pada kasus intan dan air
yang menyempurnakan paradoks nilai suatu barang yang dikemukakan oleh kaum
klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo. Dalam kehidupan sehari-hari sering
ditemukan keadaan yang berlawanan dengan pendapat umum (paradoks). Menurut Adam
Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) nilai sebuah barang merupakan
nilai dalam penggunaan, sementara harga mewakili nilai dalam pertukaran
sehingga bila manfaat suatu barang sangat besar maka semakin tinggi nilainya.
Tetapi hal itu berlawanan jika digunakan dalam kasus air
dan berlian. Kaum klasik Adam Smith dan David Ricardo menjelaskan bahwa air
sangat bermanfaat tetapi mempunyai harga yang rendah karena biaya yang
diperlukan untuk memperoleh air kecil atau tidak ada sama sekali. Sebaliknya
intan yang kurang bermanfaat bagi manusia nilainya sangat tinggi karna
dibutuhkan biaya yang besar untuk memperoleh intan tesebut, inti dari teori
kaum klasik faktor penentu adalah biaya.
Menurut kaum neoklasik nilai atau harga
intan lebih tinggi dari nilai air bukan karena biaya untuk mendapatkan intan
lebih besar daripada untuk mendapakan air, melainkan karena utilitas
marginal(utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan terakhir) yang besar.
Karena itu, orang mau menghargai intan lebih tinggi daripada air. Inti
pandangan neoklasik mengenai harga suatu barang yaitu ditentukan oleh marginal
utility.
b) Teori
Harga
Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam
teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan
pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan
penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos
produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai
inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial,
maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur
waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat
pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal
terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
Seperti telah di jelaskan diatas, Menurut kaum klasik harga
barang di tentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang
tersebut. Jadi yang menentukan harga adalah sisi penawaran
(produsen). Namun pendapat klasik teersebut di tentang oleh Jevons, Menger dan
Walras (tokoh-tokoh neoklasik). Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga
adalah kondisi permintaan, atau kaum marginalis melihatnya dari sisi konsumen,
yaitu dari kepuasan marginal (marginal utility) pengkonsumsian satu unit barang
terakhir.
Dalam pembahasan sisi
permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta
akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat
sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua
masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek
barang-barang pengganti dan efek pendapatan.
Berkenaan dengan pendapat kedua aliran
tersebut, Marshalltidak menyalahkan kedua konsep diatas, melainkan
menggabungkannya. Menurut Marshall, selain oleh biaya-biaya, harga juga
dipengaruhi oleh usnsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun
pihak produsen. Unsure subjektif pihak konsumen adalah pendapatan (daya beli)
dan unsure subjektif pihak produsen adalah keadaan keuangan perusahaan. Jika
keuangan perusahaan dalam keadaan sulit, misalnya mungkin perusahaan mau
menerima harga yang rendah tetapi kalau keadaan keuangan cukup kuat, mereka
juga akan lebih berani dalam mempertahankan harga. Jadi teori harga
menurut Alfred Marshall adalah sebagai berikut:
“Harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar:
penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen”.
Selain itu ada juga kontribusi
pemikiran Marshall tentang persamaan kuantitas uang: Kebutuhan uang
untuk transaksi ini berkembang secara proporsiaonal dengan tingkat pendapatan
nasional, seperti terlihat dalam model persamaan berikut :
Mt = k.Y
Persamaan ini dikembangkan oleh Alfred Marshall,
Dimana :
Mt = Kebutuhan uang untuk transaksi di suatu waktu
Y = Pendapatan nasional
K = Besar kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang
bagian
dari pendapatan/kekayaannya dalam bentuk kas.
Semakin tinggi pendapatan nasional (kesejahteraan suatu
negara), semakin tinggi pula permintaan uang untuk tujuan transaksi, dan
sebaliknya.
c) Consumers’
Surplus dan Produsers’ Surplus (Surplus Konsumen dan Surplus Produsen)
Ciri lain dalam kerangka
pemikiran Marshall ialah apa yang disebut sebagai consumers’
surplus. Pengertian kata ini mencerminkan kelebihan kepuasan yang dinikmati
konsumen dalam arti : konsumen itu membeli barang dengan harga yang
tingkatannya lebi rendah, padahal konsumen itu sebenarnya bersedia untuk
membayarnya dengan harga yang lebih tinggi. Misalnya konsumen sedianya rela
untuk membeli barang tertentu dengan harga 100 Rupiah. Dalam transaksi jual
beli, ia harus membayar hanta Rp 75. Jumlah Rp 25 yang ternyata tidak perlu
dibayar merupakan semacam premi ataupun kelebihan kepuasan
bagi konsumen, yaitu consumers’ surplus yang dimaksud tadi.
Sebaliknya juga bisa terjadi bahwa dalam keadaan tertentu seorang produsen
menikmati kelebihan kepuasan berupa producers’ surplus. Dalam
perkembangan kemudian, oleh para pemikir ekonomi lazim digunakan
istilah-istilah consumers rent dan producers rent sebagai
pengganti consumers surplus yang semula digunakan oleh Alfred Marshall.
Hal itu satu sama lain kiranya agar lebih sering dengan land rent sebagai
imbalan jasa bagi tanah dengan mutu lahan yang lebih tinggi dibanding dengan
tanah di batas yang masih dimanfaatkan dalam proses produksi.
Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini
dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan
mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli.Jika itu
terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada
konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak
menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi
industri-industri yang struktur ongkosnya telah
meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total
rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan
eksternal perusahaan atau industri.
d) Elastisitas
Permintaan dan Elastisitas Penawaran
Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan
ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang
ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan.
Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas
ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi
jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Selain sintesis dan peranan yang berimbang antara biaya
marginal dan paedah marginal, serta consumers surplus dan producers surplus,
sebagaimana diulas diatas, kini harus disebut tentang konsep elastisitas yang
berkaitan dengan sisi permintaan maupun dengan sisi penawaran : elasticity
of demand and elasticity of supply. Sehubungan dengan itu juga tentang
konsep substitusi (elasticity of subtitusion). Pengertian kata
elastisitas menyangkut respons ataupun reaksi suatu variable terhadap perubahan
persentase pada variable lain.
Mengenai sifat elastisistas pada permintaan, yang palin
sering dihadapi sebagai permasalahan ekonomi adalah elastisitas permintan
(reaksinya) terhadap perubahan pada pendapatan (income elasticity of demand).
Perubahan perubahan itu dinyatakan dalam persentase.
Elastisitas permintaan terhadap harga menyangkut hubungan
antara tingkat harga dan jumlah barang yang dibeli (tingkat pembelian) dan
mencerminkan perubahan persentase pada tingkat pembelian (jumlah yang dibeli)
dibagi oleh perubahan persentase pada tingkat harga.
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan menyangkut
hubungan antara tingkat pendapatan seseorang pembeli dan tingkat pembeliannya
(jumlah yang dibeli) dan mencerminkan perubahan presentase pada tingkat
pembelian dibagi oleh perubahan presentase pada tingkat pendapatan.
Mengenai sifat elastisitas pada sisi penawaran
(elasticity of supply) terutama yang menyangkut hubungan antara tingkat harga
dan tingkat penawaran (jumlah yang ditawarkan) dan pencerminan perubahan
presentase pada tingkat penawaran (jumlah yang di tawarkan) dibagi oleh
perubahan presentase pada tingkat harga.
Sehubungan dengan pengertian elastisitas yang diungkapkan
diatas harus pula diperhatikan apa yang disebut sebagai dampak substitusi
(subtitution effect) dan sifat elastis yang menyangkut substitusi (elasticity
of substitution). Kita telah melihat bahwa dari sisi permintaan akan barang
jumlahnya (yang diminta atau dibeli) mengalami perubahan dikala harganya
berubah (price elasticity of demand).
Tingkat perubahan pada jumlah itu dipengaruhi oleh dua
faktor : dampak pendapatan (income effect yang berkaitan dengan income
elasticity of demand diatas) dan dampak substitusi. Dampak substitusi ini
bersangkut paut dengan hasrat perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli
lebih banyak jenis barang yang harganya lebih murah, dibandingkan dengan jumlah
(yang lebih sedikit) dari jenis barang yang lebih mahal. Senantiasa ada saat
atau tahap ketika si pembeli memutuskan untuk mengganti (substitusi) pembelian
jenis barang mahal dengan pembelian jenis barang murah.
Alfred Mashall mengadakan perpaduan antara nilai
subjektif pada faedah marginal dengan unsure objektif yang melekat pada biaya
marginal sekitar permasalahan mengenai nilai dan harga serta distribusi
pendapatan. Hal itu satu sama lain disimak dalam rangka berlakunya hokum
penawaran dan permintaan. Dalam kajiannya, dikembangkan konsep elastisitas dan
substitusi dan berdasarkan pola pendekatannya telah disusun suatu teori
ekulibrium yang bersifat parsial atau khusus (partial or particular
equilibrium) tentang penawaran dan permintaan serta perilaku konsumen.
Kita melihat bahwa Marshall mengutamakan suatu
analisis yang berpola ekuilibrium parsial. Dalam hal ini, suatu analisis
mengenai proses pembentukan dan penentuan harga dipasaran tertentu, dengan
beranggapan seakan-akan kategori-kategori variabel yang lain tetap konstan dan
tidak berubah (cateris paribus, i.e, all other factors remainings equal).
Lazimnya dalam kalangan ilmuan dibidang ekonomi, kerangka
dan pola pemikiran Marshall dianggap bersifat teori tentang
statistika ekonomi. Secara umum pengamatan tersebut mungkin benar, begitu
masalah-masalah ekonomi dalam jangka pendek. Namun analisis Marshalldan spectrum
tinjauannya mengandung cakrawala pandangan yang lebih luas dari suatu kerangka
lingkungan statistika semata-mata. Dalam gagasan Marshall, sudah mulai
ditujukan beberapa unsur dinamika, yang kelak oleh sejumlah pengarang yang
menyusul diandalkan (secara sadar atau tidak) sebagai benih-benih berharga dan
bahan ramuan dalam pengembangan berbagai teori tentang teori ekonomi.
Dalam kerangka analisis Marshall telah ikut
dipertimbangkan arti dan peranan faktor waktu dalam proses penyesuaian antara
penawaran dan permintaan. Segi ini sangat penting sebab seperti telah
disinggung diatas dalam bagian mengenai elastisitas penawaran, kemampuan dunia
usaha dan caranya untuk menyesuaikan kegiatannya dengan perubahan ekonomi
sangat dipengaruhi oleh pendek tau panjangnya masa waktu yang tersedia untuk
melakukan penyesuaian yang diperlukan. Sehubungan dengan itu,
oleh Marshall diadakan pembedaan antara ekuilibrium sementara
(temporary equilibrium), ekulibrium jangka panjang (long run equilibrium).
Marshall menentukan bahwa waktu adalah faktor
penting yang menentukan elastisitas permintaan, dengan permintaan menjadi
semakin elastis seiring dengan berjalannya waktu. Marshall juga
menerapkan gagasan elastisitas harga untuk hubungan penawaran. Elastisitas
harga dari penawaran mengukur berapa banyak lagi perusahaan akan memproduksi
dan berusaha menjual sebagai respon terhadap perubhan harga tertentu.
Periode waktu paling pendek
mnurut Marshall disebut dari “periode pasar.“ Segala sesuatu
yang dibawa kepasar harus dijual habis atau jika tidak, barang akan rusak dan
produksi tidak akan merespon perubahan harga. Dalam hal ini kurva penawaran
akan menjadi vertikal atau mendekati vertikal dan permintaan akan menentukan
harga.
Dalam jangka pendek untuk merespon harga-harga yang lebih
tinggi, perusahaan dapat menambah jam kerja buruh dan peralatan yang tersedia.
Namun peralatan dalam jangka pendek tidak dapat dikembangkan, sehingga ada
keterbatasan dari jumlah barang yang ditawarkan. Setiap kenaikan permintaan
akan mengakibatkan kenaikan dalam produksi, tetapi sebagian dampaknya akan
jatuh pada harga.
Jangka panjang adalah periode waktu yang membuat
perusahaan dapat menambah bangunan dan peralatan mereka. Dalam jangka panjang
perusahaan dapat keluar masuk industri. Karena itu, output dapat dengan mudah
ditingkatkan dengan biaya yang kurang lebih konstan, dan membuat kurva
penawaran jangka panjang mendatar.Marshall menyimpulkan bahwa dalam jangka
pendek permintaan adalah determinan yang lebih penting dari harga tetapi jika
ada cukup waktu, maka penwaran atau biaya produksi yang akan menentukan harga.
Akhirnya oleh Alfred Marshall telah juga
diungkapkan bahwa persaingan sempurna (perfect competition) dipasaran tidak
selalu membawa hasil produksi yang maksimal. Dalam hal adanya industri yang
produksinya membawa faedah hasil yang semakin berkurang (decreasing returns),
bisa saja dengan pembatasan skala produksi akan diperoleh hasil yang lebih
besar, dibanding dengan tingkat produksi maksimal berdasarkan persaingan.
Sebaliknya dikala produksi dibeberapa jenis industri lain membawa faedah hasil
yang semakin bertambah (increasing returns) sudah masuk akal untuk terus
meningkatkan produksinya. Dalam hubungannya dengan semua ini ditunjukkan arti
dan peranan elastisitas permintaan.
Pembentukan harga sebagai pencerminan dari perimbangan
antara penawaran dan permintaan sangat dipengaruhi oleh perimbangan-perimbangan
keadaan umum yang berkisar pada penawaran maupun permintaan (general relation
of supply and demand). Artinya hal ikhwal yang menyangkut kuat lemahnya
kedudukan pemasok terhadap pembeli dan sebaliknya, keterampilan dan pengetahuan
masing-masing pihak tentang keadaan dipasar, dan lain-lain sebagainya. Sayangnya
pendapatMarshall yang begitu penting ini tidak disusul dengan penjabaran
secara rinci.
Karena Marshall tertarik dengan ekonomi
berdasarkan pertimbangan moral dan ingin membantu yang miskin, maka tidak
mengejutkan bahwa secara khusus ia memperhatikan masalah distribusi pendapatan
dan kemiskinan. Marshall melacak masalah kemiskinan ini dari pasar
tenaga kerja. Pasar tenaga kerja beroperasi seperti pasar barang. Perbedaannya
dalam pasar tenaga kerja perusahaan pasar adalah pihak yang meminta dan
rumahtangga sebagai pihak yang menawarkan. Bagi Marshall persediaan
tenaga kerja yang tidak terlatih ditentukan oleh prinsip populasi Malthus yang
sebagai reaksi terhadap upah yang tinggi, populasi akan meningkat dan
persediaan tenaga kerja juga meningkat. Namun pemintaan
akan tenaga ini terus meningkat karena adanya mekanisasi. Dua kekuatan ini membuat
upah untuk tenaga kerja yang tidak terlatih tetap rendah dan pendapatan mereka
tetap berada dalam tingkat kemiskinan.
Marshall berpendapat bahwa individu yang kurang
berpengalaman dan kurang memiliki keahlian yang ekstensif, serta individu yang
kurang mempunyai posisi tawar menawar dalam pasar tenaga kerja hanya dapat
memperoleh upah yang rendah. Hal ini mengakibatkan kesahatan dan pendidikan
yang buruk yang menyebabkan turunnya produktivitas dan upah.
Namun, ulasan Marshall diatas jelas menjadi
pangkal tolak bagi pengembangan teori tentang persaingan yang bersifat
monopolis (monopolistic competition) ataupun persaingan yang tidak sempurna
(imperfect competition) yang tiga puluh tahun kemudian dilakukan oleh Piero
Sraffa, Edward Chamberlin, dan Joan Robinson.
Banyak gagasan dan model analisis yang diperkenalkan
olehMarshall masih menjadi basis bagi pendidikan sarjana di bidang
mikroekonomi, khususnya dalam kuliah pengantar ekonomi
mikro.Marshall mempelajari pasar individu dalam isolasi, mengabaikan dampak
dari suatu pasar terhadap pasar lain, dan pada gilirannya dampak dari pasar
lain ini pada semua pasar. Hal ini membuat Marshall merupakan penemu
analisis keseimbangan parsial. Berlawanan dengan analisis ini adalah Leon
Walras, yang mempelajari berbagai hubungan timbal balik antar pasar dalam
ekonomi, atau analisis keseimbangan umum. Meskipun tidak selengkap dan
menyeluruh sebagaimana analisis keseimbangan umum, analisis keseimbangan
parsial memiliki keuntungan karena lebih fokus pda masalah praktis yang dihadapi
oleh perusahaan dan industri tertentu.
Untuk mempelajari pasar
individu, Marshall mengembangkan alat analisis permintaan dan
penawaran. Lereng kurva penawaran yang menaik menunjukkan hukum
penawaran_ketika harga naik perusahaan akan lebih banyak berproduksi dan
membawa lebih banyak barang ke dalam pasar. Lereng kurva permintaan yang
menurun menunjukkan hukum permintaan_ketika harga jatuh, konsumen akan membeli
barang dalam jumlah yang lebih besar. “Dua Gunting“penawaran dan permintaan
menentukan harga di tiap barang dan jumlah tiap barang yang akan diproduksi.
Berlawanan dengan pendekatan dorongan permintaan oleh Jevons, dan berlawanan
dengan pendekatan dorongan penawaran oleh
Ricardo, Marshall menekankan bahwa permintaan dan penawaranbergabung
bersama menentukan harga dan produksi.
Meskipun banyak konsep baru yang dikembangkan
olehMarshall, kontribusi utamanya pada ilmu ekonomi mungkin lebih bersifat
institusional dibanding subtantif. Dan meskipun yang paling terkenal adalah
sumbangan untuk ekonomi mikro, Marshall juga memberikan sumbangannya
untuk ekonomi makro. Ia menggunakan gagasanpurchasing power parity untuk
menjelaskan apa yang menentukan nilai tukar antara mata uang dari dua negara
berbeda. Ide dibalik ini cukup sederhana dan lugas. Beberapa barang sebenarnya
dijual dimana-mana diseluruh dunia. Dengan membandingkan biaya barang-barang
tersebut dari negara yang satu kenegara yang lain kita dapat memperoleh ukuran
yang memadai untuk nilai relatif dua mata uang dunia yang berbeda.
e)
Distribusi Pendapatan Menurut Alfred Marshall
Karena Marshall tertarik dengan ekonomi
berdasarkan pertimbangan moral dan ingin membantu yang miskin, maka tidak
mengejutkan bahwa secara khusus ia memperhatikan masalah distribusi pendapatan
dan kemiskinan. Alfred Marshall mengemukakan teori tentang distribusi
pendapatan menjadi 4 bagian:
1)
Sewa Tanah
Teori Sewa Tanah dari Marshall pada dasarnya
sama dengan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo, dimana disebutkan
bahwa “tinggi rendahnya sewa tanah ditentukan oleh kesuburan tanah
tersebut”. Selain itu tingkat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan
pangan meningkat, untuk itu diperlukan tanah yang subur untuk memproduksi
tanaman yang bisa dijadikan bahan makanan, hal ini untuk menambah cadangan
pangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, tanah yang subur sangat dibutuhkan dan
apabila tanhnya berkurang maka harganya akan meningkat.
2)
Bunga Modal
Teori bunga modal dari Marshall berbunyi “bunga
modal merupakan balas jasa, karena si penabung terpaksa tidak dapat
mengkonsumsi pada waktu sekarang. Jadi bunga modal timbul karena pengorbanan
menunggu selama beberapa waktu sebelum jasa modal membuahkan imbalan jasanya
berupa bunga.”
3)
Upah Buruh
Marshall menganggap pembentukan upah, sebagai hasil
sejumlah faktor permintaan dan penawaran, sebagai bagian dari teori harga umum.
Sebagaimana diketahui bahwa harga terbentuk dari kesepakatan antara permintaan
dan penawaran, dapat dijelaskan apabila harga upah dinaikkan maka biaya
produksi akan meningkat, hal ini menyebabkan harga meningkat, penawaran akan
bergeser ke kiri sehingga permintaan akan menurun diakibatkan harga meningkat,
untuk itu perusahaan/produsen akan menurunkan produksinya dan upah akan kembali
turun karena permintaan barang/produksi menurun, dengan menurunnya permintaan
akan produk hal ini menyebabkan pendapatan produsen menurun, untuk ituharus
dilakukan efisiensi diantaranya dengan menurunkan upah.
4)
Laba Pengusaha
Marshall membagi laba menjadi dua jenis, yaitu:
·
Net Interest
Net interest merupakan kompensasi yang diberikan selama menunggu, artinya
laba diperoleh karena pengusaha harus menunggu sampai modal yang
diinvestasikannya telah menghasilkan keuntungan.
·
Gross Interest
Disamping Net Interset juga mencakup premi resiko dan ganti rugi untuk
kapasitas organisatorik. Laba merupakan ganti kerugian bagi faktor uncertainty
yang dihadapi pengusaha, hal ini berarti laba merupakan sesuatu yang diharapkan
bisa menjadi pengganti ketidakpastian yang dialami oleh pengusaha selama ia
menginvestasikan modalnya, karena untuk menutupi kerugian yang terjadi.
4.
ASUMSI AJARAN ALFRED MARSHALL
a) Asumsi
sama seperti klasik yaitu terjadi pasar persaingan bebas
b) Adanya
integritas penawaran (supply) dan permintaan (demand)
c) Kepuasan
uang yang bersifat konstan
d) Adanya
pembagian waktu dalam produksi
e) Adanya
cateris paribus
f) Konsumen
memaksimumkan kepuasan berbatas pada kemampuan finansialnya
g) Konsumen
mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber,
h) Konsumen
selalu bertindak dengan rasional
i)
Pendapatan tetap sama
j)
Harga produk substitusi dan kompetitif adalah tetap
dan ekspektasi dan perdagangan luar negeri tidak berubah
5.
KRITIKAN TERHADAP TEORI-TEORI MARSHALL (Keabsahan
dan Keberlangsungannya Sampai Sekarang)
·
Robert Giffen membantu penyelesaian antara kaitan
konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga
ditemukan Giffen Paradox
·
Peranan substitusi yang disempurnakan oleh Slustky.
·
Joan Robinson, ia mengkritik bahwa gejala rent sewa
sama sekali tidak terbatas hingga tanah apabila penwaran macam-macam
faktor-faktor produksi untuk masyarakat dipandang secara keseluruhan maka dimana-mana
terdapat adanya rent.
·
Herbert Yusuf Davenport (18861-1931). Ekonom
Amerika ini adalah seorang pengkritik keras dari Alfred Marshall, buku
terakhir itu menjadi kritik dari The Ekonomi Alfred Marshall(1935).
Dia menerima Austria konsep biaya kesempatan dalam karya Friedrich von Wieser
tetapi tidak marjinal utilitas. Dalam bukunya Marshall dikritik
sebagai ekonom klasik yang berlangganan untuk biaya riil doktrin dan asumsi
kehomogenan berbagai biaya.
6.
KEABSAHAN DAN KEBERLANGSUNGAN TEORI-TEORI MARSHALL
a)
Teori Perilaku Konsumen (Theory of Consumers
Behavior)
Dalam teori perilaku
konsumennya, Marshall mengungkapkan bahwa nilai dan harga
barang dipasar dipengaruhi baik oleh pihak peminta (konsumen sebagai pembeli)
maupun oleh produsen. Permintaan bersumber pada marginal utility yang
ditentukan oleh penilaian subjektif si konsumen. Hal itu tercermin pada harga
permintaan (demand price) dipasar yang ditentukan oleh para pembeli sebagai
konsumen. Pada tingkat harga tertentu itu, barangnya akan diminta dalam sejumlah
tertentu oleh pihak pembeli.
Keberlangsungan teori ini sampai saat ini masih
berlangsung, dimana konsumen (sebagai pihak pembeli) akan meminta barang dalam
jumlah tertentupada tingkat harga tertentu juga. Ketika harga turun, maka
permintaan konsumen cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena adanya teori
perilaku konsumen.
b)
Teori Harga
Teori harga yang
dicetuskan Marshall yaitu: Harga terbentuk
sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan
permintaan dari pihak konsumen. Teori ini sampai saat ini masih berlangsung.
Dalam kenyataannya, harga akan terbentuk dengan adanya penyatuan antara
penawaran dari pihak konsumen dengan permintaan dari pihak konsumen. Jika
antara sisi penawaran telah bertemu dengan sisi permintaan, maka lahirlah harga
yang disepakati bersama yang disebut harga keseimbangan.
c)
Consumers’ Surplus dan Produsers’ Surplus
Consumers’ surplus dapat diartikan sebagai berikut:
konsumen cenderung membeli barang dengan harga yang tingkatannya lebi rendah,
padahal konsumen itu sebenarnya mampu untuk membayarnya dengan harga yang lebih
tinggi. Konsumen cenderung menginkan barang berharga rendah dengan kualitas
baik. Ini sebagai salah satu indikator tercapainya kepuasan konsumen.
Sebaliknya juga bisa terjadi bahwa dalam keadaan tertentu
seorang produsen menikmati kelebihan kepuasan berupa producers’ surplus.
Dimana produsen cenderung menginkan cost (biaya produksi) kecil, agar mendapat
laba maksimal.
d)
Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran
Mengenai sifat elastisistas pada permintaan, yang paling
sering dihadapi sebagai permasalahan ekonomi adalah elastisitas permintan
(reaksinya) terhadap perubahan pada pendapatan (income elasticity of demand).
Dari teori elastisitas permintaan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika
terjadi perubahan pada pendapatan masyarakat, konsumsi masyarakatpun cenderung
meningkat. Oleh karena itu mengakibatkan harga barang cenderung naik. Ini
sebagai bukti bahwa teori elastisitas permintaan sampai saat ini masih berlaku
keabsahannya.
Mengenai sifat elastisitas pada sisi penawaran
(elasticity of supply) terutama yang menyangkut hubungan antara tingkat harga
dan tingkat penawaran (jumlah yang ditawarkan). Berbeda dengan teori
elastisitas permintaan diatas, dalam teori elastisitas penawaan, jika harga
barang menurun, maka penawaran terhadap barang tersebut cenderung menurun pula.
Hal ini berhubungan dengan teori surplus konsumen. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan ketika harga barang turun, maka produsen (sebagai yang menawarkan barang)
akan mengurangi produksi sehingga jumlah barang yang ditawarkan menurun.
e)
Teori Distribusi Pendapatan
·
Sewa Tanah
Teori mengenai sewa tanah yang dicetuskan Marshall ialah:
“Tinggi rendahnya sewa tanah ditentukan oleh kesuburan tanah tersebut“ sampai
saat ini teori tersebut masih digunakan. Contohnya dalam menentukan place
(tempat) untuk membuka usaha. Dimana tempat/tanah yang strategis menjadi salah
satu indikator untuk meningkatkan profit/volume usaha.
·
Bunga Modal
“Bunga modal merupakan balas jasa, karena si penabung terpaksa tidak dapat
mengkonsumsi pada waktu sekarang“ teori ini dapat dilihat aplikasinya dalam
sistem perbankan. Dengan asumsi nilai uang saat ini lebih berharga daripada
nilai uang pada saat nanti.
·
Upah Buruh
Apabila harga upah dinaikkan maka biaya produksi akan meningkat, hal ini
menyebabkan harga meningkat. Teori ini sampai saat ini masih berlaku dalam
kegitan produksi. Dimana jika harga upah dinaikkan, maka biaya produksipun
meningkat. Sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi maka harga barang
(yang diproduksi) meningkat.
·
Laba Pengusaha
Laba diperoleh karena pengusaha harus menunggu sampai modal yang
diinvestasikannya telah menghasilkan keuntungan. Selain itu, Laba
merupakan ganti kerugian bagi faktor uncertainty (ketidakpastian) yang dihadapi
pengusaha.
Dengan adanya teori ini, laba maksimum yang menjadi tujuan setiap produsen
dalam memproduksi suatu barang adalah hal yang lumrah dimana laba merupakan
hasil dari kelebihan penjualan dikurangi ongkos produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar